Senin, 11 Oktober 2010

ASKEP CA LAMBUNG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Di era serba cepat seperti saat ini tidak sulit bagi setiap orang untuk memenuhi keinginannya dalam waktu yang relative singkat. Begitu juga dalam hal memilih makanan, hampir sebagian masyarakat lebih memilih mengkonsumsi makanan cepat saji yang mereka sendiri tidak tahu bahan apa saja yang digunakan untuk mengolah makanan tersebut dibandingkan mengolah bahan makanan sendiri dirumah. Dengan alasan lebih mudah dan efisien. Namun dibalik rasa nikmat yang dirasakan, mereka tidak tahu bahaya apa yang akan terjadi jika mereka mengkonsumsi makanan tersebut dalam jangka panjang. Berbagai penyakit bisa saja mereka derita akibat mengkonsumsi makanan cepat saji yang menjadi pilihan mereka. Salah satu penyakit yang mungkin timbul akibat mengkonsumsi berbagai makanan cepat saji dalam jangka panjang adalah kanker. Sebagian manusia terkadang mengabaikan suatu gejala penyakit yang timbul dalam dirinya, sehingga penyakit tersebut baru diketahui ketika telah mencapai stadium lanjut. Salah satu contoh kanker akibat kebiasaan buruk ini adalah kanker lambung dimana kanker lambung ini merupakan suatu bentuk neoplasma maligna gastrointestinal.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar penyakit Ca Lambung?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit Ca lambung?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit Ca lambung.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit Ca lambung.

1.4 METODE
1. Metode kajian pustaka
2. Metode penelusuran



BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR PENYAKIT
Kanker Lambung ( Ca Lambung )

2.1 DEFINISI
Kanker lambung atau kanker lambung merupakan bentuk neoplasma maligna gastrointestinal.
Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker (Cancer Facts and Figures, 1991)

2.2 EPIDEMIOLOGI
Kanker lambung terus berkurang di Amerika Serikat. Namun, ini masih menjadi masalah serius dengan jumlah 14.700 kematian setiap tahunnya, kebanyakan pada individu dengan usia lebih dari 40 tahun dan kadang-kadang pada individu yang lebih muda. Kebanyakan kanker lambung terjadi pada kurvatura kecil atau antrum lambung dan adenokarsinoma. Insiden kanker lambung lebih banyak di Jepang, yang telah menyababkan diadakannya skriningmassa untuk diagnosis awal di negara ini. Diet tampaknya menjadi faktor yang signifikan. Diet tinggi makanan asap dan kurang buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan resiko terhadap kanker lambung. Faktor lain yang berhubungan dengan insiden kanker lambung mencakup inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria ( tidak adanya asam hidroklorida ), ulkus lambung, bakteri H. pylori, dan keturunan.

2.3 ETIOLOGI
Penyebab dari kanker lambung masih belum diketahui, akan tetapi sejumlah faktor dihubungkan dengan penyakit tsb. Juga dipercaya bahwa faktor eksogen dalam lingkungan seperti bahan kimia karsinogen, virus onkogenik mungkin mengambil bagian penting dalam karsinoma lambung. Karena lambung mempunyai kontak yang lama dengan makanan, bahan-bahan makanan sudah dikaitkan. Ada yang timbul sebagai hubungan dengan konsumsi gram yang meningkat. Ingesti nitrat dan nitrit dalam diet tinggi protein telah memberikan perkembangan dalam teori bahwa senyawa karsinogen seperti nitrosamine dan nitrosamide dapat dibentuk oleh gerak pencernaan.
Penurunan kanker lambung di USA pada decade lalu dipercaya sebagai hasil pendinginn yang meningkat yang mnyebabkan terjadinya bermacam-macam makanan segar termasuk susu, sayuran, buah, juice, daging sapi dan ikan, dengan penurunan konsumsi makanan yang diawetkan, garam, rokok, dan makanan pedas. Jadi dipercaya bawha pendinginan dan vit C (dalam buah segar dan sayuran) dapat menghambat nitrokarsinogen.
Faktor genetik mungkin memainkan peranan dalam perkembangan kanker lambung. Frekuensi lebih besar timbul pada individu dengan gol.darah A. Riwayat keluarga meningkatkan resiko individu tetapi minimal, hanya 4% dari organ dengan karsinoma lambung mempunyai riwayat keluarga.

2.4 FAKTOR PREDISPOSISI
Adapun faktor predisposisi dari kanker lambung ini yaitu :
1. Faktor genetik, karena kanker lambung lebih sering terjadi pada orang bergolongan darah A dari pada golongan darah lainnya.
2. Lingkungan, karena kanker lambung sangat sering terjadi di Jepang, Thailand, Finlandia, Irlandia, dan Kolombia.
3. Kebiasaan makan makanan yang mengandung bahan karsinogenik seperti daging asap, makanan yang diasamkan, dan tinggi nitrat.
4. Perokok dan pengguna alkohol
5. Pekerja dalam industri tertentu
6. Status ekonomi yang rendah.

2.5 PATOFISIOLOGIS
Beberapa faktor dipercaya menjadi pemicu kanker yang mungkin yaitu polip, anemia pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung. Diyakini bahwa ulkus lambung tidak mempengaruhi individu menderita kanker lambung, tetapi kanker lambung mungkin ada bersamaan dengan ulkus lambung dan tidak ditemukan pada pemeriksaan diagnostic awal.
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai massa irregular dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang lumen dinding lambung. Tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang paling sering di antrum. Infiltrasi dapat melebar keseluruh lambung, menyebabakan kantong tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yang sempit, tetapi hal ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar untuk membedakan dari polip benigna pada X-ray.
Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya melibatkan prmukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini jarang. Kira-kira 75% dari karsinom ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur lokal seperti bag.bawah dari esophagus, pancreas, kolon transversum dan peritoneum. Metastase timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.


2.6 KLASIFIKASI
Ada 3 bentuk umum karsinoma atau kanker lambung, yaitu :
1. Karsinoma ulseratif merupakan jenis yang paling sering dijumpai dan harus dibedakan dari ulkus peptikum jinak.
2. Karsinoma polipoid, tampak seperti kembang kol yang menonjol ke dalam lumen dan dapat berasal dari polip adenomatosa
3. Karsinoma infiltratif, dapat menembus seluruh ketebalan dinding lambung dan dapat menyebabkan terbentuknya ” lambbung botol kulit ” (linitis plastica ) yan tidak lentur.

2.7 TANDA DAN GEJALA
Pada tahap awal kanker lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida, dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi:
1. Biasanya nonspesifik (tidak khas)
2. Rasa tidak enak/nyaman pada perut (abdominal discomfort)
3. Nausea (perasaan/sensasi sebelum muntah)
4. Vomiting (muntah)
5. Anorexia (kehilangan selera makan)
6. Berat badan menurun (weight loss)
7. Perdarahan (hemorrhage)

2.8 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dapat membantu diagnosis seperti penurunan berat badan, anemia, teraba massa di epigastrium, jika telah metastasisi ke hati akan terba hati yang irreguler, dan terkadang terba kelenjar limfe klavikula.

2.9 PEMERIKASAAN PENUNJANG
•Endoskopi untuk biopsi dan pencucian sitologis adalah pemeriksaan diagnostik umum.
•Pemeriksaan sinar-X terhadap saluran GI atas dengan barium, karena metastase sering terjadi sebelum tanda peringatan ada
•Pemindai tomografi komputer, pemindai tulang, dan pemindai hepar dilakukan dalam menentukan luasnya metastasis.

2.10 PROGNOSIS
Prognosisnya buruk, kebanyakan pasien telah mengalami metastase pada waktu
didiagnosis.
Faktor-faktor yang memperburuk penyakit ini antara lain:
1. Keterlibatan lesser curvature dari lambung
2. Ukuran tumor yang besar
3. Stadium lanjut (advanced stage)

Catatan:
1. Kanker Lambung Ganas (malignant gastric cancer) kedua yang paling banyak
dijumpai setelah adenocarcinoma.
2. Hanya meliputi 5% dari semua kanker lambung (gastric tumors).
3. Risiko lebih tinggi 5X pada HIV (Human Immunodeficiency Virus)
4. Rasio pria:wanita = 1,7 : 1. Berarti lebih banyak dialami oleh pria.

2.11 TERAPI/ TINDAKAN PENANGANAN
1. Radiasi → efek kurang berhasil
2. Kemoterapi → kurang berhasil
Obat kemoterapi yang sering digunakan mencakup kombinasi 5-fluorourasil (5FU), Adriamycin, dan mitomycin-C.
3. Pembedahan
a. Gasterktomi sub total → Ca Menyebar ke luar lambung
b. Esofago Jeyusutomy (gastrektomi total)

2.12 PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di lambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat dieksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini, paliasi efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi, dapat diperoleh dengan reseksi tumor.
Bila gasterktomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung dianastomosiskan pada jejunum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung esofagus dan jejunum. Bila ada metastasis pada organ vital lian, seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi atau disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit atau paliasi. Radiasi digunakan untuk paliasi pada kanker lambung.

II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien yang memfokuskan pada isu seperti masukan tinggi makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan sayuran yang rendah. Apakah pasien mengalami penurunan BB, jika ya seberapa banyak.
Apakah pasien perokok? Jika ya seberapa banyak sehari dan berapa lam? Apakah pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama atau setelah merokok? Apakah pasien minum alcohol? Jika ya seberapa banyak? Perawat menanyakan pada pasien bila ada riwayat kleuarga ttg kanker. Bila demikian anggota keluarga dekat atau langsung atau kerabat jauh yang terkena? Apakah status perkawinan pasien? Adakah seseorang yang dapat memberikan dukungan emosional? Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi massa. Perawat harus mengobservasi adanya ansites. Organ diperiksa untuk nyeri tekan atau massa. Nyeri biasanya gejala yang lambat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri b/d adanya sel epitel abnormal
2.Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
3.Berduka b/d diagnosisi Ca
4.Ansietas b/d penyakit dan pengobatan yang diantisipasi
5.Kekurangan volume cairan b/d syok/hemoragi
6.Resiko infeksi b/d insisi bedah.

3. INTERVENSI
Dx1. Nyeri b/d adanya sel epitel abnormal.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan nyeri berkurang , terkontrol.
Kriteria hasil :
-Pasien tidak tampak meringi
-Skala nyeri 0 ( tidak nyeri)
-Pasien tampak lebih rileks
Intervensi :
- Kaji karakteristik nyeri dan ketidaknyamanan; lokasi, kualitas frekuensi, durasi,dsb.
R: memberikan dasar untuk mengkaji perubahan tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi.
- Tenangkan pasien bahwa anda mengetahui bahwa nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa anda kan membantu pasien dalam mengurangi nyeri tsb.
R: Rasa takut dapat meningkatkan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri.
- Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk meningkatkan peredaran nyeri optimal dalam batas resep dokter.
R: Cenderung lebih efektif ketika diberikan dini pada siklus nyeri.
- Ajarkan pasien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamnan dengan distraksi, imajinasi, relaksasi.
R: Meningkatkan strategi pereda nyeri alternative secara tepat.

Dx2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Klien akan mempertahankan masukan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme
- Nafsu makan meningkat
- Tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi Keperawatan :
- Ajarkan pasien hal-hal sbb : hindari pandangan, bau, bunyi-bunyi yang tidak menyenangkan didalam lingkungan selama waktu makan.
R: anoreksia dapat distimulasi atau ditingkatkan dengan stimuli noksius.
- Sarankan makan yang disukai dan yang ditoleransi dengan baik oleh pasien, lebih baik lagi makanan dengan kandungan tinggi kalori/protein. Hormati kesukaan makanan berdasarkan etnik.
R: makanan kesukaan yang dioleransi dengan baik dan tinggi kandungan kalori serta proteinnya akan mempertahankan status nutrisi selama periode kebutuhan metabolic yang meningkat.
- Berikan dorongan masukan cairan yang adekuat, tetapi batasi cairan pada waktu makan.
R: tingkat cairan diperlukan untuk menghilangkan produk sampah dan mencegah dehidrasi.
- Meningkatkan kadar cairan bersama makanan dapat mengarah pada keadaan kenyang. Pertimbangkan makanan dingin, jika diinginkan.
R: makanan dingin tinggi kandungan protein sering lebih dapat ditoleransi dengan baik dan tidak berbau dibanding makanan yang panas.
- Kolaboratif pemberian diet cair komersial dengan cara pemberian makan enteral melalui selang, diet makanan elemental/makanan yang diblender melalui selang makan silastik sesuai indikasi.
R: pemberian makanan melalui selang mungkin diperlukan pada pasien yang sangat lemah yang sistem gastrointestinalnya masih berfungsi.

Dx3. Berduka b/d diagnosisi Ca.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan klien dapat melewati proses berduka dengan baik.
Kriteria hasil:
- Klien sanggup menerima keadaannya
- Tidak menutup diri
- Mengkomunikasikan perasaannya dengan baik

Intervensi :
- Dorong pengungkapan ketakutan, kekhawatiran, pertanyaan mengenai penyakit, pengobatan dan implikasinya dimasa mendatang.
R: dasar pengetahuan yang akurat dan meningkat akan mengurangi ansietas dan meluruskan miskonsepsi.
- Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga dalam keputusan perawatan dan pengobatan.
R: partisipasi aktif akan mempertahankan kemandirian dan control pasien.
- Kunjungi keluarga untuk menetapkan dan memelihara hubungan dan kedekatan fisik.
R: meningkatkan rasa saling percaya dan keamanan serta mengurangi perasaan takut.
- Berikan dorongan ventilasi perasan-perasaan negative, termasuk marah yang meluap-meluap, didalam batasan yang dapat diterima.
R: untuk ekspresi emosional tanpa kehilangan harga diri.
- Sisihkan waktu untuk periode menangis dan mengekspresikan kesedihan.
R: perasaan ini diperlukan untuk terjadinya perpisahan dan kerenggangan.

Dx4. Ansietas b/d penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ansietas klien menurun.
Kriteria hasil :
- Klien lebih rileks
- Nadi normal
- Tidak terjadi peningkatan respirasi
Intervensi :
- Berikan lingkungan yang rileks dan tidak mengancam.
R: pasien dapat mengekspresikan rasa takut, masalah, dan kemungkinan rasa marah akibat diagnosisi dan prognosisi.
- Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan keluarganya dalam keputusan perawatan dan pengobatan.
R: untuk mempertahankan kemandirian dan kontrol pasien.
- Anjurkan pasien mendiskusikan perasaan pribadi dengan orang pendukung misalnya rohaniawan bila diinginkan.
R: menfasilitasi proses berduka dan perawatan spiritual.

Dx.5. Kekurangan volume cairan b/d syok/hemoragi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan kebutuhan cairan klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Klien tidak tampak lemah
- Turgor kulit baik
- Tidak terjadi penurunan berat badan secara mendadak
Intervensi :
- Pantau terhadap tanda-tanda hemoragi:
 Observasi aspirasi lambung terhadap bukti adanya darah
 Observasi garis jahitan terhadap adanya perdarahan
 Berikan produk darah sesuai program
R: penurunan vol darah sikulasi dapat menimbulkan syok hipovolemik.
- Kaji klien tehadap tanda-tanda syok
 Evaluasi drainase dari balutan dan penampung drainase
 Evaluasi tekanan darah, nadi dan frekuensi pernapasan
 Berikan produk darah sesuai program
R: menurunnya volume sirkulasi darah dapat menimbulkan syok hipovolemik.

Dx6. Risiko infeksi b/d insisi bedah
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan tidak terjadi gejala infeksi.
Kriteria hasil :
- Tidak timbul kemerahan
- Tidak adanya pembengkakan
- Tidak timbul nyeri
- Tidak ada peningkatan suhu
- Tidak kehilangan fungsi

Intervensi :
- Kaji luka terhadap tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, bengkak, demam, nyeri tekan, dan kehilangan fungsi.
R: luka harus bersih, karena jika keadaan luka kotor akan lebih rentan terjadi infeksi.
- Kaji abdomen terhadap tanda peritonitis, nyeri tekan, kekakuan, distensi.
R: peritonitis dapat terjadi sekunder akibat bedah lambung.
- Kolaborasi pemberian antibiotic profilaktik sesuai program.
R: antibiotic sering diberikan pada klien setelah bedah abdomen untuk mencegah infeksi.


4. EVALUASI
Dx1.Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman.
a. Melaporkan peredaan rasa nyeri (skala nyeri 0)
b. Pasien tidak tampak meringis
c. Pasien tampak lebih rileks

Dx2.Kebutuhan nutrisi tercukupi.
a. Klien akan mempertahankan masukan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme
b. Nafsu makan meningkat
c. Tidak terjadi penurunan berat badan

Dx3.Memperlihatkan peningkatan sikap untuk menerima keadaan diri.
a. Klien sanggup menerima keadaannya
b. Tidak menutup diri
c. Mengkomunikasikan perasaannya dengan baik

Dx4.Mencapai penurunan ansietas.
a. Klien terlihat lebih rileks
b. Nadi normal (60-100 x/mnt untuk dewasa)
c. Respirasi normal(12-20 x/mnt)

Dx5.Kebutuhan cairan terpenuhi.
a. Klien tidak tampak lemah
b. Turgor kulit baik
c. Tidak terjadi penurunan berat badan secara mendadak

Dx6.Tidak ada gejala infeksi.
a. Tidak timbul kemerahan
b. Tidak adanya pembengkakan
c. Tidak timbul nyeri
d. Tidak ada peningkatan suhu
e. Tidak kehilangan fungsi





















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi kanker lambung adalah bentuk neoplasma maligna dalam gastrointestinal.
Penyebab dari kanker lambung masih belum diketahui.
Kanker lambung dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1. Karsinoma ulseratif merupakan jenis yang paling sering dijumpai dan harus dibedakan dari ulkus peptikum jinak.
2. Karsinoma polipoid, tampak seperti kembang kol yang menonjol ke dalam lumen dan dapat berasal dari polip adenomatosa
3. Karsinoma infiltratif, dapat menembus seluruh ketebalan dinding lambung dan dapat menyebabkan terbentuknya ” lambbung botol kulit ” (linitis plastica ) yan tidak lentur.
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di lambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat dieksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini, paliasi efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi, dapat diperoleh dengan reseksi tumor.





DAFTAR PUSTAKA

Nanda,,Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2005-2006,Nanda International,Philadelphia,2005.
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine, M. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddath. Jakarta : EGC.
www.wikipedia.com

Minggu, 03 Oktober 2010

HIPERTIROID

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTIROIDISME


A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid yang mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan metabolik.
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar
tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan
di dalam darah.
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat
mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit
Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus:
infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi,
penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit
serebrovaskular/stroke, palpasi tiroid terlalu kuat.

2. EPIDEMIOLOGI / INSIDEN KASUS
Hipertiroidisme menyerang wanita 5 kali lebih sering dibanding laki-laki dan insidennya akan memuncak pada usia ketiga serta keempat. Penderita penyakit tyroid saat ini 2% sampai dengan 5 % adalah kebanyakan wanita, wanita tersebut 1% sampai dengan 2% adalah wanita reproduktif.

3. PENYEBAB
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan hormone tiroid akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif hormon tiroid terhadap pelepasan
keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar hormon tiroid dan TSH yang finggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari hormon tiroid dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan hormon tiroid yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama:
a. Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. Solitary toxic adenoma
2. Penyebab Lain:
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodarone
Penyakit Hipertiroidisme
• Penyakit Grave, penyebab tersering hipertiroidisme, adalah suatu penyakit autoimun yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Otoantibodi IgG ini, yang disebut immunoglobulin perangsang tiroid (thyroid-stimulating immunoglobulin), meningkatkan pembentukan HT, tetapi tidak mengalami umpan balik negatif dari kadar HT yang tinggi. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya berespons terhadap peningkatan kadar HT. Penyebab penyakit Grave tidak diketahui, namun tampaknya terdapat predisposisi genetik terhadap penyakit otoimun, Yang paling sering terkena adalah wanita berusia antara 20an sampai 30an.
• Gondok nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pada pubertas atau kehamilan. Dalam hal ini, peningkatan HT disebabkan oleh pengaktifan hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme tubuh sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Kelenjar yang membesar tersebut dapat tetap memproduksi HT dalam jumlah berlebihan. Sehingga mengalami hipertiroidisme.
• Tiroiditis yaitu inflamasi pada kelenjar tiroid, dapat bersifat akut, sub akut dan kronis.

4. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme adalah kelebihan iodium, gangguan organic kelenjar tiroid, penyakit grave, gangguan hipotalamus/hipofisis. Kelebihan iodium mengakibatkan peningkatan monoiodatironin dan diiodotironin mengakibatkan produksi hormone T3 dan T4 meningkat. Gangguan organic kelenjar tiroid juga mengakibatkan peningkatan T3 dan T4.
Dari penyakit grave menyebabkan respon autoimun menghasilkan antibody terhadap reseptor TSH sehingga merangsang reseptor TSH itu sendiri yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan produksi hormone T3 dan T4.
Gangguan hipotalamus dan hipofisis mengakibatkan produksi TSH meningkat sehingga produksi T3 danT4 meningkat. Disamping itu produksi TSH yang meningkat merangsang sel-sel mata akibatnya terjadi pengeluaran sitokin yang mendorong terjadinya suatu peradangan dan oedema, sehingga mngakibatkan eksoftalmus yang merusak saraf mata menyebabkan timbulnya double vision. Dari penyebab umum peningkatan produksi T3 dan T4 merangsang peningkatan proses glukoneogenesis dan glikogenesis serta peningkatan aktivitas GIT.
Peningkatan glukoneogensis mengakibatkan massa otot menurun dan terjadi kelemahan. Peningkatan tersebut juga mengakibatkan peningkatan pembakaran lemak dan protein sehingga terjadi penurunan BB.
Dari meningkatnya glikogenesis penggunaan oksigen juga meningkat sehingga terjadi hiperventilasi, selain itu peningkatan glkogenesis menyebabkan suhu tubuh meningkat, cardiac output meningkat, dan aktivitas GIT meningkat. Cardiac output yang meningkat menyebabkan takikardi sehingga timbul kegelisahan Aktivitas GIT yang meningkat merangsang peningkatan nafsu makan.


5. GEJALA KLINIS
Hipertiroid biasanya disertai dengan berbagai keluhan dan gejala. Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :
• Banyak keringat
• Jari tangan gemetar (tremor)
• Tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung
• Jantung berdebar cepat
• Denyut nadi cepat, seringkali sampai lebih dari 100 kali per menit
• Berat badan turun, meskipun makan banyak
• Rasa capek
• Otot lemas, terutama lengan atas dan paha
• Haid menjadi tidak teratur
• Bola mata menonjol, dapat disertai dengan penglihatan ganda (double vision)
• Denyut nadi tidak teratur (atrial fibrillation), terutama pada usia di atas 60 tahun.

Pada orang tua, gangguan irama jantung dapat mengakibatkan gagal jantung. Pada kasus yang berat dapat timbul tekanan darah tinggi, demam, dan gagal jantung, bahkan bisa bingung pada gangguan mental sampai tidak sadar.
Bila kita temukan seseorang dengan tangan gemetar, banyak keringat, kulit halus dan tipis, rambut rontok, denyut jantung cepat, serta pembesaran kelenjar tiroid, maka patut dicurigai ada hipertiroid. Mata sering tampak menonjol keluar. Gejala akan jelas terlihat pada hipertiroid yang sudah lanjut, namun pada kasus dini apalagi pada orang tua, seringkali tidak terdeteksi, pada keadaan demikian perlu pemeriksaan darah untuk memastikan diagnosis.


6. PEMERIKSAAN FISIK
• Palpasi : Dapat terasa pulsasi ( detakan / denyutan) dan vibrasi ( getaran ) pada posisi kelenjar tiroid.
• Inspeksi : Terlihat adanya pembesaran pada posisi kelenjar tiroid.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium :
• Tes ambilan RAI : Meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada tiroiditis.
• T4 dan T3 serum : Meningkat
• T4 dan T3 bebas serum : Meningkat
• TSH : Tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
• Tiroglobulin : Meningkat
• Stimulasi TRH : Dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH
• Ambilan tiroid131: Meningkat
• Ikatan protein iodium : Meningkat
• Gula darah : Meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal). Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
• Fosfat alkali dan kalsium serum : Meningkat.
• Pemeriksaan fungsi hepar : Abnormal
• Elektrolit : Hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
• Katekolamin serum : Menurun.
• Kreatinin urine : Meningkat

Pemeriksaan radiologi :
• EKG : Fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.



8. DIAGNOSIS / KRITERIA DIAGNOSIS
Sebagian besar pasien memberikan gejala klinis yang jelas, tetapi pemeriksaan laboratorium tetap perlu untuk menguatkan diagnosis. Pada kasus - kasus subklinis dan pasien lanjut usia perlu pemeriksaan laboratorium yang cermat untuk membantu menetapkan diagnosis hipertiroidisme. Diagnosis pada wanita hamil agak sulit karena perubahan fisiologis pada kehamilan seperti pembesaran tiroid serta manifestasi hipermetabolik, sama seperti tirotoksikosis.menurut Bayer MF, pada pasien hipertiroidisme akan didapatkan Thyroid Stimulating Hormone sensitive ( TSHs ) tak terukur atau jelas subnormal dan free T4 ( FT4) meningkat.

Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat
atau kelenjar tiroid.
1. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
2. Bebas T4 (tiroksin)
3. Bebas T3 (triiodotironin)
4. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk
memastikan pembesaran kelenjar tiroid
5. Tiroid scan untuk melihat
pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak
serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia

9. THERAPHY / TINDAKAN PENANGANAN
Terdapat tiga bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati hipertiroidisme dan mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan :
1. Farmakoterapi dengan menggunakan obat-obat yang mempengaruhi sintesis hormon tiroid serta preparat yang mengendalikan manifestasi hipertiroidisme.
Tujuannya adalah untuk menghambat satu atau beberapa stadium sintesis atau pelepasan hormone dan untuk mengurangi jumlah jaringan tiroid yang mengakibatkan penurunan produksi hormon tiroid.
2. Penyinaran atau radiasi yang meliputi penggunaan radioisotope I131 atau I125 untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tiroid.
3. Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid.
4. Pengobatan tambahan
a. Sekat  adreneergik
Obat ini diberikan untuk mengurangi gejaladan tanda hipertiroidisme. Dosis diberikan 40-200mg/hari yang dibagi atas 4 dosis.
b. Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi, sesudah pengobatan dengan yodium radioaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan dalam dosis 100-300mg/hari.
c. Ipodat
Kerja ipodat adalah menurunkan konversi T4 menjadi T3 diferifer, mengurangi sintesis hormone tiroid, sertamengurangi pengeluaran hormone dari tiroid.
d. Litium
Litium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid yang alergi terhadap yodium.

10. KOMPLIKASI

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada
pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam
jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia
(sampai 1060F = 410C), dan, apabila tidak diobati, kematian.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi
karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas




B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas atau istirahat
a. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi,kelelahan berat.
b. Tanda : Atrofi otot
2. Sirkulasi
a. Gejala : Palpitasi
b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia.
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Diare,
Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare )
4. Integritas / Ego
a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
b. Tanda : Ansietas peka rangsang
5. Makanan / Cairan
a. Gejala : nafsu makan meningkat.
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari/minggu.
b. Tanda : kulit lembab, Pembesaran thyroid ( peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah )
6. Neurosensori
a. Gejala : kelemahan pada otot, gangguan penglihatan
b. Tanda : Disorientasi, megantuk
7. Kenyamanan
Gejala : palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
b. Tanda : napas cepat, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamanan
a. Gejala : double vision, kelemahan
b. Tanda : atropi otot
10. Seksualitas
a. Gejala : penurunan libido, aminore, masalah impotent pada pria ;
kesulitan orgasme pada wanita


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2. Hipertermi berhubungan dengan hipermetabolisme.
3. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan glikogenesis dan glukoneogenesis.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan takikardi, gelisah, dan hiperaktif
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hiperventilasi dan kelemahan
7. Cemas berhubungan dengan kondisi patologis dan perubahan status kesehatan.
8. Harga diri rendah berhubungan dengan berat badan rendah, gangguan body image.
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi kesehatan dan perawatan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.
10. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan hipermetabolisme, cardiomegali, lelah jantung
11. Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kerusakan penutupan kelopak mata
12. Risiko injuri berhubungan dengan double vision dan kelemahan



C. INTERVENSI DAN RASIONAL
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan ventilasi adekuat / oksigenasi.
Kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan perbaikan/ tak adanya gejala disstres pernapasan.
- TTV khususnya pernafasan dalam batas normal(16-20 x/mnt) 1. Catat frekuensi kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu, napas bibir.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai kebutuhan atau toleransi pasien
3. Awasi tanda vital
4.Berikan oksigen dengan metode yang tepat - Menunjukkan adanya hiperventilasi dimana tidak adekuatnya pemasukan O2 melalui hidung
- Meningkatkan ekspansi dada maksimal , membuat mudah bernafas,yang meningkatkan kenyamanan fisiologi atau psikologi.
- Mengetahui perkembangan
kondisi pasien.
- Memenuhi kebutuhan oksigen pasien.


2. Hipertermi b.d hipermetabolisme. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan hipertermi klien teratasi.
Kriteria hasil :
- Suhu dalam batas normal (36 0 – 37 0 C)
- Kulit tidak teraba panas
- Kulit tidak tampak kemerahan
1. Observasi suhu tubuh pasien

2. Beri kompres air hangat

3. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat

5. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi

6. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan pemberian antipiretik. - Mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
- Mengurangi panas dengan pemindahan panas secara evaporasi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
- Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
- Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
- Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
- Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi Antipiretik menurunkan panas tubuh pasien.


3. Diare b.d peningkatan peristaltik usus. Setelah diberikan Asuhan keperawatan diharapkan diare tertangani.
Kriteria hasil:
- kosistensi feses lembek
- BAB 1-2x sehari
1. Auskultasi bising usus
2. Kaji frekuesi defekasi , karakteristik dan jumlah
3. Batasi masukan lemak sesuai indikasi
- Bising usus yang hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas usus yang menurunkan dan mengubah fungsi absorbsi.
- Diet rendah lemak menurunkan resiko feses cair dan membatasi efek laksatif , penurunan absorpsi lemak.
- Indikator adanya atau perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan intervensi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan glikogenesis dan glukoneogenesis.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan berat badan yang stabil
- Bebas dari tanda-tanda malnutrisi
1. Auskultasi bising usus


2.Pantau masukan makanan setiap hari dan pantau dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan.
3. Dorong pasien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan mudah dicerna
4. Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (teh, kopi, dan makanan yang berserat lainnya)
5. Kolaborasi :
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
- Berikan obat sesuai indikasi :
Glukosa, vitamin B kompleks. - Bising usus yang hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas usus yang menurunkan dan mengubah fungsi absorbsi.
- Penurunan makanan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terapi antitiroid
- Menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambah kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.

- Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorbsi nutrisi yang diperlukan
- Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai
- .Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mengobati hipoglikemia.
5. Gangguan pola tidur b.d takikardi, gelisah, hiperaktif. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan mampu menciptakan pola tidur
Kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan istirahat tidur yang adekuat
- Pasien melaporkan dapat istirahat yang cukup
1. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.
2. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi seperti guling, dan bantal.
3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
4. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa.
5. Instruksikan tindakan relaksasi.
6. Kurangi kebisingan dan lampu.
7. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi rendahkan tempat tidur bila memungkinkan.
8. Kolaborasi pemberian sedatif dan hipnotik sesuai indikasi.
- Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
- Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologik/psikologis.
- Bila rutinitas baru aspek sebanyak kebiasaan lama , stress dan ansietasdapat berkurang.
- Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang suka begadang dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan pasien terbangun.
- Membantu menginduksi tidur.
- Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
- Dapat merasa takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur.
- Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur /istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru.
6. Intoleransi aktivitas b.d hiperventilasi, kelemahan. Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Kriteria hasil:
- Tidak ada kelemahan berlebih
- TTV dalam rentang normal
1.Evaluasi respon terhadap aktivitas.Catat laporan peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
2.Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
3.Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
4.Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan atau tidur
- Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahlan pilihan intervensi
- Meningkatkan istirahat
- Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
- Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi,tidur dikursi.



7. Cemas b.d kondisi patologis dan perubahan status kesehatan. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tampak rileks
Kriteria hasil:
- Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
- Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
1. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
2. Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab kekhawatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum.
3. Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien
4. Bicara singkat dengan kata sederhana.
5. Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi orang jumlah orang yang berhubungan dengan pasien

Kolaborasi :
- Berikan obat antiansietas (transquilizer, sedatif ) dan pantau efeknya. - Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, ketidakmampuan untuk berbicara dan bergerak.
- Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar kontrol lingkungannya tetap aman
- Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas
- Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang yang membatasi kemampuan untuk menerima informasi.
- Menciptakan lingkungan yang terapiutik
- Dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk menurunkan pengaruh dari sekresi hormon tiroid yang berlebihan
8.Harga diri rendah b.d berat badan rendah, gangguan body image. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kepercayaan diri pasien meningkat.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan ke arah penerimaan diri
- Secara aktif berpartisipasi dalam program terapi
1. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan
2. Identifikasi masalah peran pasien saat ini
3. Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang - Dengan bercerita akan dapat mengurangi beban perasaan klien.
- Untuk mengetahui permasalahan klien.
- Klien bisa lebih terbuka.
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi kesehatan dan perawatan b.d kurangnya paparan informasi. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mengerti tentang proses penyakit dan pengobatannya
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi hubungan antara tanda dan gejala pada proses penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebabnya
- Berpartisipasi dalam tindakan pengobatan. 1. Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
2. Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid dan kebutuhan akan evaluasi secara teratur.
3. Diskusikan mengenai terapi obat – obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat tersebut.
- Berat ringannya keadaan , penyebab , usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan.
- Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinannya mengalami hipotiroid yang dapat terjadi setelah pengobatan atau selama 5 tahun kemudian.
- Obat antitiroid memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama untuk menghambat produksi hormon.agranulositosis merupakan efek samping yang paling serius yang dapat terjadi dan obat alternatif dapat diberikan ketika masalah tersebut muncul.

10. Risiko penurunan curah jantung b.d hipermetabolisme, cardiomegali, lelah jantung. Selama diberikan asuhan keperawatan diharapkan curah jantung dapat dipertahankan secara adekuat
Kriteria hasil:
- Tanda vital stabil
- Denyut nadi perifer normal
- Status mental baik
- Tidak ada disritmia 1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan.
2. Observasi nadi dan denyut jantung saat pasien tidur
3. Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
4. Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya disritmia
5. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara nafas yang tidak nomal ( krekels )
6. Sarankan untuk tirah baring , batasi aktivitas yang tidak perlu
- Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.
- Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardi
- S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung yang meningkat pada keadaan hipermetabolik.
- Takikardi mungkin merupakan cerminan langsung simulasi otot jantung oleh hormon tiroid. Disritmia sering kali terjadi dan dapat membahayakan fungsi jantung atau curah jantung.
- Tanda awal adanya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung
- Aktivitas akan meningkatkan kebutuhan metabolik atau sirkulasi yang berpotensi menimbulkan gagal jantung.



11. Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan b.d kerusakan penutupan kelopak mata Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi keusakan integritas jaringan.
Kriteria hasil :
- Membrane mukosa mata lembab
- Terbebas dari ulkus
1. Observasi edema ,periorbital , gangguan penutupan kelopak mata ,lapang pandang , penglihatan yang sempit ,air matayang berlebihan. Catat adanya fotofobia.
2. Evaluasi ketajaman mata , laporkan adanya pandangan yang kabur / pandangan ganda (diplopia).
3. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai dengan kebutuhan
4. Bagian kepala ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi - Manifestasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.
- Optalmopati inviltratif (penyakit grave ) adalah akibat dari Peningkatan jaringan
- Retro orbital yang menciptakan eksoftalmus dan inviltrat limfosit dari otot ekstraokuler uyang dapat memperburuk atau memperbaiki kemandirian terapi dan perjalanan klinis penyakit.
12. Risiko injuri b.d double vision dan kelemahan Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami suatu injury dalam perawatan di rumah sakit maupun di rumah dengan kriteria hasil :
- Pasien tidak mengalami cedera. 1. Jauhkan dari benda-benda tajam
2. Berikan penerangan yang cukup
3. Usahakan lantai tidak licin dan basah
4. Pasang side rail
5. Anjurkan pada keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas. - Meminimalkan risiko cedera
- Meminimalkan terjadinya benturan
- Meminimalkan klien jatuh
- Menghindari klien terjatuh pada saat istirahat
- Untuk meningkatkan menjaga keamanan




D. EVALUASI
DX 1. Pasien menunjukkan perbaikan/ tidak ada gejala distress pernafasan.
TTV khususnya pernafasan dalam batas normal (16-20 x/menit)
DX 2. Suhu dalam batas normal (360-370)
Kulit tidak teraba panas
Kulit tidak tampak kemerahan
DX 3. Konsistensi feses lembek
BAB 1-2 x sehari
DX 4. Pasien menunjukkan BB yang stabil
Pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi
DX 5. Pasien menunjukkan istirahat tidur yang adekuat
Pasien melaporkan dapat istirahat yang cukup
DX 6. Tidak ada kelemahan berlebih
TTV dalam rentang normal
DX 7. Pasien melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Pasien mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya.
DX 8. Pasien menujukkan kearah penerimaan diri
Secara aktif berpartisipasi dalam program terapi
DX 9. Mengidentifikasi hubungan antara tanda dan gejala pada proses penyakit dan hubungan gejala dan factor penyebab.
Berpartisipasi dalam tindakan pengobatn
DX 10. Tanda vital stabil
Denyut nadi perifer normal
Status mental baik
DX 11. Membran mukosa mata lembab
Terbebas dari ulkus
DX 12. Pasien tidak mengalami cedera.

Jumat, 01 Oktober 2010


TEORI PERKEMBANGAN ERIKSON :
TAHAPAN PSIKOSOSIAL

Teori perkembangan Erik Erickson ini merupakan pengembeangan lanjut teori perkembangan Freud, karena tidak terbatas sampai masa genital saja dan Erikson adalah murid Freud. Perkembangan Psikososial menurut Erikson didasarkan atas prinsip Epigenetik yakni bahwa perkembangan manusia itu terbagi atas beberapa tahap dan setiap tahap mempuyai masa optimal atau masa kritis yang harus dikembangkan dan diselesaikan.
Perkembangan ini dibagi dalam beberapa tahap, sebagai berikut :
  1. Basic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan vs Ketidak percayaan).
Periode perkembangan terjadi pada masa bayi (lahir hingga 12-18 bulan).Bayi mengembangkan perasaan nyaman pada suatu tempat yang baik dan aman. Perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah harapan yang akan terjadi keesokan harinya atau dikemudian hari. Pada masa tahapan ini peranan orang tua sangat di butuhkan untuk cepat tanggap dan peka terhadap setiap kejadian yang di alami si bayi. Jika si bayi sudah merasa nyaman dan aman akan memiliki rasa percaya kepada dunia luar maupun diri sendiri.
Contoh:
  • Anak akan menangis saat tau dirinya tidak ada di pelukan ibunya karena ia merasa asing dengan orang yang menggendongnya.
  • Anak yang sadar bahwa ibunya tidak ada disampingnya saat ia bangun tidur ia akan menangis tetapi saat ibunya menggendongnya ia akan kembali tenang, karena ia sudah merasa terbiasa dengan pelukan ibunya.

  1. Autonomy vs Shame and Doubt (Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu-ragu).
Periode perkembangan terjadi pada masa bermain (12-18 bulan hingga 3 tahun).Pada tahap ini menentukan tumbuhnya kemauan baik dan kemauan keras, anak mempelajari apa yang diharapkan, apa kewajiban dan haknya disertai batasan-batsannya yang dikenakan pada dirinya. Sebaiknya para orang tua mampu membantu dan memberi dorongan kepada anak sesuai dengan kemampuan dan keinginan tanpa paksaan yang membuatnya tertekan.
Jika orang tua terlalu membatasi, terlalu keras memberikan hukuman atau pun terlalu melindungi anak secara berlebihan akan menimbulkan rasa malu dihadapan orang lain, seakan-akan anak tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik dan perilaku tersebut dapat menimbulkan pribadi pemalu dan ragu-ragu yang besifat menetap. Pada periode ini sebaiknya orang tua harus sering berbicara dengan anak, mananyakan pendapat anak, selalu menciptakan suasana yang menyenangkan atau memberikan nilai-nilai moral secara tidak langsung, berikan pujian jika anak melakukan sesuatu yang bersifat positif sehingga anak dapat mengembangkan dirinya dan percaya diri, dan kurangi berkata yang kurang menyenangkan.
Contoh:
  • Anak menggambar pemandangan, ibu memuji anak “gambar adik bagus ya? Mau jadi pelukis ya? Hebat” dengan kata-kata tersebut dapat memotivasi anak terus berkarya.
  • Anak yang senang memukul-mukul kaleng seakan- akan kaleng itu adalah drum yang ia lihat ditelevisi dan ia ingin menirunya tetapi dimarahi oleh orang tuanya. Ia akan merasa tidak mampu dan tidak berani untuk mencobanya.

  1. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah).
Periode perkembangan pada masa awal anak-anak (tahun pertama pra-sekolah 3-6 tahun). Tahap ini menumbuhkan inisiatif anak pada masa awal anak masuk sekolah atau taman kanak-kanak(play group), suatu masa untuk mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan dan tanggung jawab. Anak akan lebih kreatif dan secara fisik akan lebih seimbang maupun kejiwaannya. Ditambah lagi jika orang tua mampu memberikan dorongan dan mengasah kemampuan dalam berkreativitas atau membantu anak untuk melaksanakan tugasnya, dan jika orang tua tidak memberikan dorongan atau tidak membantu anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya ataupun orang tua terlalu keras mendidik dengan banyak hukuman saat anak sedang berusaha menunjukkan dirinya bahwa ia bisa atau pun ia ingin, maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah dan tidak ingin mencoba sesuatu yang baru.
Contoh:
  • Saat anak melihat pensil warna tergeletak ia akan mengambilnya dan mencoret-coret tembok. Orang tua yang melihatnya langsung memberikan buku gambar agar ia tidak mencoret-coret tembok dan agar anak terbiasa menggambar di buku gambar.
  • Anak senang menuru gaya penyanyi diatas panggung, dan anak senang menirunya denngan naik keatas meja. Tetapi anak tidak sadar telah mengganggu ibunya beristirahat, dan ibunnya memarahinya karena mengganggunya dengan suaranya yang dianggap ibunya kebisingan, tanpa penjelasan ibunya memarahinya. Anak akan diam dan tidak ingin mencobanya lagi dikarenakan ibunya menganggap bernyanyi adalah hal yang mengganggu ibunya.
  1. Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri).Periode perkembangan pada masa pertengahan dan akhir anak-anak (tahun- tahun sekolah, 6 tahun–pubertas). Pada masa ini berkembang kemampuan berfikir deduktif, disiplin diri dan kemampuan berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan meningkat. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari sebab akibat dari apa yang mereka lakukan. Lebih memperhatikan apa yang trejadi disekitarnya, anak-anak berimajinasi memperoleh kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi pemikiran & idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Yang sangat dikhawatirkan pada tahap ini adalah jika anak tidak dapat menyesuaikan diri atau tidak dapat mengembangkan dirinya anak tidak akan merasa kemampuan lebih yang dapat ia lakukan dan merasa tidak yakin atas apa yang kerjakan.
Contoh:
  • Anak akan mencoba sesuatu yang ia inginkan, seperti berorganisasi dan selalu menyumbangkan ide-idenya untuk memajukan organisasi yang ia jalani.
  • Anak yang selalu berdiam diri dan tidak ingin membaur dengan lingkunan baru ia tidak dapat mengembangkan dirinya seperti anak yang lain. Ia merasa dirinya tidak seperti anak-anak yang sering berkumpul atau pun berorganisasi padahal ia berhal melakukannya.
  1. Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan Peran)
Periode perkembangan pada masa remaja 12 -20 tahun. Pada tahap ini remaja atau individu dapat mengenal lebih dalam tentang dirinya, sifat-sifat mereka, keinginan atau cita-cita, tujuan mereka hidup, dan lain-lain yang bersifat mengenal pribadi masing-masing. Masa ini mengembangkan perasaan identitas ego yang mantap pada kutup positif dan identitas ego yang kacau pada kutub negatif. Erickson menegaskan bahwa ada tiga unsur yang merupakan persyaratan didalam pembentukan identitas ego, yaitu :
      1. Individu yang bersangkutan harus menerima atau menggangap dirinya itu sama didalam berbagai situasi pengalaman dengan teman sebayanya.
      2. Orang – orang disekitarnya, dalam satu lingkungan sosial harus memiliki persepsi yang sama terhadap diri individu tersebut.
      3. Persepsi diri individu yang bersangkutan harus memdapat uji validitas dalam pengalaman hubungan antara manusia. Jadi, identitas ego positif akan menggambarkan kemampuan pemuda – pemudi yang memahami dan menyakini tuntutan norma – norma sosial, sehingga tumbuh rasa kesetiaan.
  1. Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan)
Periode perkembangan pada masa awal dewasa (20-24 tahun). Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut Intimasi. Ketidak mampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan serta akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup ( menutup diri ).
Contoh:
  • Orang yang senang mengikuti organisasi kebanyakan dari mereka lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan mudah, karena ia sudah terbiasa berkomunikasi ataupun berhadapan dengan orang banyak yang menjadikan ia terbiasa berbaur dengan sesuatu hal yang baru.
  • Orang yang pendiam bukan berarti tidak dapat berorganisasi tetapi kebanyakan dari mereka tidak bisa mencairkan suasana dalam suatu suasana, mereka takut di anggap sok kenal atau jika ingin membaur terkadang tidak tau bagaimana cara yang tepat.

  1. Generativity vs Stagnation (Perluasan vs Stagnasi).
Periode perkembangan pada masa pertengahan dewasa (sekitar 25 -50an). Masa dewasa tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun. Generativitas yang ditandai jika individu mulai menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk-produk, ide-ide, dan keadaan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi-generasi mendatang adalah merupakan hal yang positif. Sebaliknya, apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami pemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini kehidupan individu didominasi oleh pemuasan dan kesenangan diri sendiri saja. Individu negatif tidak menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.
Contoh:
  • Seorang yang berprofesi sebagai perancang busana ia harus menambahkan atau memberikan koreksi-koreksi dari desain pakaiannya agar telihat lebih idah jika digunakan oleh pemesannya.
  • Dalam acara 17 Agustus di RT-nya ia tidak ikut meramaikan acara yang diadakan 1 tahun sekali di lingkungan rumahnya, padahal jika ia mau ia bisa ikut meramaikannya.

  1. Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan).
Periode perkembangan pada masa akhir dewasa (60 tahunan). Masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan positif. Kehidupan baik akan merasa puas atau yang disebut integritas. Masa lalu negatif akan timbul rasa keputusasaan. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda -benda dan orang- orang, produk-produk dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan- keberhasilan dan kegagalan-kegagalan dalam hidup. Sedangkan keputusasaan tertentu menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis.
Contoh:
  • Seorang HRD yang bekerja disuatu perusahaan tidak akan merasakarirnya atau pekerjaannya akan tamat saat ia pensiun, karena selama ia bekerja ia sudah mempersiapkan dirinya dengan membangun toko kecil-kecilan untuk usahanya jika ia sudah tidak bekerja.
  • Seorang karyawan suwasta merasa was-was karena ia belum memiliki tunjangan hari tua.