Minggu, 03 Oktober 2010

HIPERTIROID

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTIROIDISME


A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid yang mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan metabolik.
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar
tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan
di dalam darah.
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat
mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit
Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus:
infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi,
penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit
serebrovaskular/stroke, palpasi tiroid terlalu kuat.

2. EPIDEMIOLOGI / INSIDEN KASUS
Hipertiroidisme menyerang wanita 5 kali lebih sering dibanding laki-laki dan insidennya akan memuncak pada usia ketiga serta keempat. Penderita penyakit tyroid saat ini 2% sampai dengan 5 % adalah kebanyakan wanita, wanita tersebut 1% sampai dengan 2% adalah wanita reproduktif.

3. PENYEBAB
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan hormone tiroid akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif hormon tiroid terhadap pelepasan
keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar hormon tiroid dan TSH yang finggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari hormon tiroid dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan hormon tiroid yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama:
a. Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. Solitary toxic adenoma
2. Penyebab Lain:
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodarone
Penyakit Hipertiroidisme
• Penyakit Grave, penyebab tersering hipertiroidisme, adalah suatu penyakit autoimun yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Otoantibodi IgG ini, yang disebut immunoglobulin perangsang tiroid (thyroid-stimulating immunoglobulin), meningkatkan pembentukan HT, tetapi tidak mengalami umpan balik negatif dari kadar HT yang tinggi. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya berespons terhadap peningkatan kadar HT. Penyebab penyakit Grave tidak diketahui, namun tampaknya terdapat predisposisi genetik terhadap penyakit otoimun, Yang paling sering terkena adalah wanita berusia antara 20an sampai 30an.
• Gondok nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pada pubertas atau kehamilan. Dalam hal ini, peningkatan HT disebabkan oleh pengaktifan hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme tubuh sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Kelenjar yang membesar tersebut dapat tetap memproduksi HT dalam jumlah berlebihan. Sehingga mengalami hipertiroidisme.
• Tiroiditis yaitu inflamasi pada kelenjar tiroid, dapat bersifat akut, sub akut dan kronis.

4. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme adalah kelebihan iodium, gangguan organic kelenjar tiroid, penyakit grave, gangguan hipotalamus/hipofisis. Kelebihan iodium mengakibatkan peningkatan monoiodatironin dan diiodotironin mengakibatkan produksi hormone T3 dan T4 meningkat. Gangguan organic kelenjar tiroid juga mengakibatkan peningkatan T3 dan T4.
Dari penyakit grave menyebabkan respon autoimun menghasilkan antibody terhadap reseptor TSH sehingga merangsang reseptor TSH itu sendiri yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan produksi hormone T3 dan T4.
Gangguan hipotalamus dan hipofisis mengakibatkan produksi TSH meningkat sehingga produksi T3 danT4 meningkat. Disamping itu produksi TSH yang meningkat merangsang sel-sel mata akibatnya terjadi pengeluaran sitokin yang mendorong terjadinya suatu peradangan dan oedema, sehingga mngakibatkan eksoftalmus yang merusak saraf mata menyebabkan timbulnya double vision. Dari penyebab umum peningkatan produksi T3 dan T4 merangsang peningkatan proses glukoneogenesis dan glikogenesis serta peningkatan aktivitas GIT.
Peningkatan glukoneogensis mengakibatkan massa otot menurun dan terjadi kelemahan. Peningkatan tersebut juga mengakibatkan peningkatan pembakaran lemak dan protein sehingga terjadi penurunan BB.
Dari meningkatnya glikogenesis penggunaan oksigen juga meningkat sehingga terjadi hiperventilasi, selain itu peningkatan glkogenesis menyebabkan suhu tubuh meningkat, cardiac output meningkat, dan aktivitas GIT meningkat. Cardiac output yang meningkat menyebabkan takikardi sehingga timbul kegelisahan Aktivitas GIT yang meningkat merangsang peningkatan nafsu makan.


5. GEJALA KLINIS
Hipertiroid biasanya disertai dengan berbagai keluhan dan gejala. Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :
• Banyak keringat
• Jari tangan gemetar (tremor)
• Tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung
• Jantung berdebar cepat
• Denyut nadi cepat, seringkali sampai lebih dari 100 kali per menit
• Berat badan turun, meskipun makan banyak
• Rasa capek
• Otot lemas, terutama lengan atas dan paha
• Haid menjadi tidak teratur
• Bola mata menonjol, dapat disertai dengan penglihatan ganda (double vision)
• Denyut nadi tidak teratur (atrial fibrillation), terutama pada usia di atas 60 tahun.

Pada orang tua, gangguan irama jantung dapat mengakibatkan gagal jantung. Pada kasus yang berat dapat timbul tekanan darah tinggi, demam, dan gagal jantung, bahkan bisa bingung pada gangguan mental sampai tidak sadar.
Bila kita temukan seseorang dengan tangan gemetar, banyak keringat, kulit halus dan tipis, rambut rontok, denyut jantung cepat, serta pembesaran kelenjar tiroid, maka patut dicurigai ada hipertiroid. Mata sering tampak menonjol keluar. Gejala akan jelas terlihat pada hipertiroid yang sudah lanjut, namun pada kasus dini apalagi pada orang tua, seringkali tidak terdeteksi, pada keadaan demikian perlu pemeriksaan darah untuk memastikan diagnosis.


6. PEMERIKSAAN FISIK
• Palpasi : Dapat terasa pulsasi ( detakan / denyutan) dan vibrasi ( getaran ) pada posisi kelenjar tiroid.
• Inspeksi : Terlihat adanya pembesaran pada posisi kelenjar tiroid.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium :
• Tes ambilan RAI : Meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada tiroiditis.
• T4 dan T3 serum : Meningkat
• T4 dan T3 bebas serum : Meningkat
• TSH : Tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
• Tiroglobulin : Meningkat
• Stimulasi TRH : Dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH
• Ambilan tiroid131: Meningkat
• Ikatan protein iodium : Meningkat
• Gula darah : Meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal). Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
• Fosfat alkali dan kalsium serum : Meningkat.
• Pemeriksaan fungsi hepar : Abnormal
• Elektrolit : Hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
• Katekolamin serum : Menurun.
• Kreatinin urine : Meningkat

Pemeriksaan radiologi :
• EKG : Fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.



8. DIAGNOSIS / KRITERIA DIAGNOSIS
Sebagian besar pasien memberikan gejala klinis yang jelas, tetapi pemeriksaan laboratorium tetap perlu untuk menguatkan diagnosis. Pada kasus - kasus subklinis dan pasien lanjut usia perlu pemeriksaan laboratorium yang cermat untuk membantu menetapkan diagnosis hipertiroidisme. Diagnosis pada wanita hamil agak sulit karena perubahan fisiologis pada kehamilan seperti pembesaran tiroid serta manifestasi hipermetabolik, sama seperti tirotoksikosis.menurut Bayer MF, pada pasien hipertiroidisme akan didapatkan Thyroid Stimulating Hormone sensitive ( TSHs ) tak terukur atau jelas subnormal dan free T4 ( FT4) meningkat.

Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat
atau kelenjar tiroid.
1. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
2. Bebas T4 (tiroksin)
3. Bebas T3 (triiodotironin)
4. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk
memastikan pembesaran kelenjar tiroid
5. Tiroid scan untuk melihat
pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak
serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia

9. THERAPHY / TINDAKAN PENANGANAN
Terdapat tiga bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati hipertiroidisme dan mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan :
1. Farmakoterapi dengan menggunakan obat-obat yang mempengaruhi sintesis hormon tiroid serta preparat yang mengendalikan manifestasi hipertiroidisme.
Tujuannya adalah untuk menghambat satu atau beberapa stadium sintesis atau pelepasan hormone dan untuk mengurangi jumlah jaringan tiroid yang mengakibatkan penurunan produksi hormon tiroid.
2. Penyinaran atau radiasi yang meliputi penggunaan radioisotope I131 atau I125 untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tiroid.
3. Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid.
4. Pengobatan tambahan
a. Sekat  adreneergik
Obat ini diberikan untuk mengurangi gejaladan tanda hipertiroidisme. Dosis diberikan 40-200mg/hari yang dibagi atas 4 dosis.
b. Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi, sesudah pengobatan dengan yodium radioaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan dalam dosis 100-300mg/hari.
c. Ipodat
Kerja ipodat adalah menurunkan konversi T4 menjadi T3 diferifer, mengurangi sintesis hormone tiroid, sertamengurangi pengeluaran hormone dari tiroid.
d. Litium
Litium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid yang alergi terhadap yodium.

10. KOMPLIKASI

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada
pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam
jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia
(sampai 1060F = 410C), dan, apabila tidak diobati, kematian.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi
karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas




B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas atau istirahat
a. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi,kelelahan berat.
b. Tanda : Atrofi otot
2. Sirkulasi
a. Gejala : Palpitasi
b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia.
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Diare,
Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare )
4. Integritas / Ego
a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
b. Tanda : Ansietas peka rangsang
5. Makanan / Cairan
a. Gejala : nafsu makan meningkat.
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari/minggu.
b. Tanda : kulit lembab, Pembesaran thyroid ( peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah )
6. Neurosensori
a. Gejala : kelemahan pada otot, gangguan penglihatan
b. Tanda : Disorientasi, megantuk
7. Kenyamanan
Gejala : palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
b. Tanda : napas cepat, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamanan
a. Gejala : double vision, kelemahan
b. Tanda : atropi otot
10. Seksualitas
a. Gejala : penurunan libido, aminore, masalah impotent pada pria ;
kesulitan orgasme pada wanita


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2. Hipertermi berhubungan dengan hipermetabolisme.
3. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan glikogenesis dan glukoneogenesis.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan takikardi, gelisah, dan hiperaktif
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hiperventilasi dan kelemahan
7. Cemas berhubungan dengan kondisi patologis dan perubahan status kesehatan.
8. Harga diri rendah berhubungan dengan berat badan rendah, gangguan body image.
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi kesehatan dan perawatan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.
10. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan hipermetabolisme, cardiomegali, lelah jantung
11. Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kerusakan penutupan kelopak mata
12. Risiko injuri berhubungan dengan double vision dan kelemahan



C. INTERVENSI DAN RASIONAL
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan ventilasi adekuat / oksigenasi.
Kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan perbaikan/ tak adanya gejala disstres pernapasan.
- TTV khususnya pernafasan dalam batas normal(16-20 x/mnt) 1. Catat frekuensi kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu, napas bibir.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai kebutuhan atau toleransi pasien
3. Awasi tanda vital
4.Berikan oksigen dengan metode yang tepat - Menunjukkan adanya hiperventilasi dimana tidak adekuatnya pemasukan O2 melalui hidung
- Meningkatkan ekspansi dada maksimal , membuat mudah bernafas,yang meningkatkan kenyamanan fisiologi atau psikologi.
- Mengetahui perkembangan
kondisi pasien.
- Memenuhi kebutuhan oksigen pasien.


2. Hipertermi b.d hipermetabolisme. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan hipertermi klien teratasi.
Kriteria hasil :
- Suhu dalam batas normal (36 0 – 37 0 C)
- Kulit tidak teraba panas
- Kulit tidak tampak kemerahan
1. Observasi suhu tubuh pasien

2. Beri kompres air hangat

3. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat

5. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi

6. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan pemberian antipiretik. - Mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
- Mengurangi panas dengan pemindahan panas secara evaporasi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
- Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
- Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
- Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
- Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi Antipiretik menurunkan panas tubuh pasien.


3. Diare b.d peningkatan peristaltik usus. Setelah diberikan Asuhan keperawatan diharapkan diare tertangani.
Kriteria hasil:
- kosistensi feses lembek
- BAB 1-2x sehari
1. Auskultasi bising usus
2. Kaji frekuesi defekasi , karakteristik dan jumlah
3. Batasi masukan lemak sesuai indikasi
- Bising usus yang hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas usus yang menurunkan dan mengubah fungsi absorbsi.
- Diet rendah lemak menurunkan resiko feses cair dan membatasi efek laksatif , penurunan absorpsi lemak.
- Indikator adanya atau perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan intervensi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan glikogenesis dan glukoneogenesis.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan berat badan yang stabil
- Bebas dari tanda-tanda malnutrisi
1. Auskultasi bising usus


2.Pantau masukan makanan setiap hari dan pantau dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan.
3. Dorong pasien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan mudah dicerna
4. Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (teh, kopi, dan makanan yang berserat lainnya)
5. Kolaborasi :
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
- Berikan obat sesuai indikasi :
Glukosa, vitamin B kompleks. - Bising usus yang hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas usus yang menurunkan dan mengubah fungsi absorbsi.
- Penurunan makanan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terapi antitiroid
- Menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambah kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.

- Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorbsi nutrisi yang diperlukan
- Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai
- .Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mengobati hipoglikemia.
5. Gangguan pola tidur b.d takikardi, gelisah, hiperaktif. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan mampu menciptakan pola tidur
Kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan istirahat tidur yang adekuat
- Pasien melaporkan dapat istirahat yang cukup
1. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.
2. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi seperti guling, dan bantal.
3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
4. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa.
5. Instruksikan tindakan relaksasi.
6. Kurangi kebisingan dan lampu.
7. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi rendahkan tempat tidur bila memungkinkan.
8. Kolaborasi pemberian sedatif dan hipnotik sesuai indikasi.
- Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
- Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologik/psikologis.
- Bila rutinitas baru aspek sebanyak kebiasaan lama , stress dan ansietasdapat berkurang.
- Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang suka begadang dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan pasien terbangun.
- Membantu menginduksi tidur.
- Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
- Dapat merasa takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur.
- Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur /istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru.
6. Intoleransi aktivitas b.d hiperventilasi, kelemahan. Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Kriteria hasil:
- Tidak ada kelemahan berlebih
- TTV dalam rentang normal
1.Evaluasi respon terhadap aktivitas.Catat laporan peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
2.Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
3.Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
4.Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan atau tidur
- Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahlan pilihan intervensi
- Meningkatkan istirahat
- Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
- Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi,tidur dikursi.



7. Cemas b.d kondisi patologis dan perubahan status kesehatan. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tampak rileks
Kriteria hasil:
- Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
- Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
1. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
2. Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab kekhawatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum.
3. Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien
4. Bicara singkat dengan kata sederhana.
5. Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi orang jumlah orang yang berhubungan dengan pasien

Kolaborasi :
- Berikan obat antiansietas (transquilizer, sedatif ) dan pantau efeknya. - Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, ketidakmampuan untuk berbicara dan bergerak.
- Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar kontrol lingkungannya tetap aman
- Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas
- Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang yang membatasi kemampuan untuk menerima informasi.
- Menciptakan lingkungan yang terapiutik
- Dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk menurunkan pengaruh dari sekresi hormon tiroid yang berlebihan
8.Harga diri rendah b.d berat badan rendah, gangguan body image. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kepercayaan diri pasien meningkat.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan ke arah penerimaan diri
- Secara aktif berpartisipasi dalam program terapi
1. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan
2. Identifikasi masalah peran pasien saat ini
3. Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang - Dengan bercerita akan dapat mengurangi beban perasaan klien.
- Untuk mengetahui permasalahan klien.
- Klien bisa lebih terbuka.
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi kesehatan dan perawatan b.d kurangnya paparan informasi. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mengerti tentang proses penyakit dan pengobatannya
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi hubungan antara tanda dan gejala pada proses penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebabnya
- Berpartisipasi dalam tindakan pengobatan. 1. Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
2. Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid dan kebutuhan akan evaluasi secara teratur.
3. Diskusikan mengenai terapi obat – obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat tersebut.
- Berat ringannya keadaan , penyebab , usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan.
- Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinannya mengalami hipotiroid yang dapat terjadi setelah pengobatan atau selama 5 tahun kemudian.
- Obat antitiroid memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama untuk menghambat produksi hormon.agranulositosis merupakan efek samping yang paling serius yang dapat terjadi dan obat alternatif dapat diberikan ketika masalah tersebut muncul.

10. Risiko penurunan curah jantung b.d hipermetabolisme, cardiomegali, lelah jantung. Selama diberikan asuhan keperawatan diharapkan curah jantung dapat dipertahankan secara adekuat
Kriteria hasil:
- Tanda vital stabil
- Denyut nadi perifer normal
- Status mental baik
- Tidak ada disritmia 1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan.
2. Observasi nadi dan denyut jantung saat pasien tidur
3. Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
4. Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya disritmia
5. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara nafas yang tidak nomal ( krekels )
6. Sarankan untuk tirah baring , batasi aktivitas yang tidak perlu
- Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.
- Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardi
- S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung yang meningkat pada keadaan hipermetabolik.
- Takikardi mungkin merupakan cerminan langsung simulasi otot jantung oleh hormon tiroid. Disritmia sering kali terjadi dan dapat membahayakan fungsi jantung atau curah jantung.
- Tanda awal adanya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung
- Aktivitas akan meningkatkan kebutuhan metabolik atau sirkulasi yang berpotensi menimbulkan gagal jantung.



11. Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan b.d kerusakan penutupan kelopak mata Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi keusakan integritas jaringan.
Kriteria hasil :
- Membrane mukosa mata lembab
- Terbebas dari ulkus
1. Observasi edema ,periorbital , gangguan penutupan kelopak mata ,lapang pandang , penglihatan yang sempit ,air matayang berlebihan. Catat adanya fotofobia.
2. Evaluasi ketajaman mata , laporkan adanya pandangan yang kabur / pandangan ganda (diplopia).
3. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai dengan kebutuhan
4. Bagian kepala ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi - Manifestasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.
- Optalmopati inviltratif (penyakit grave ) adalah akibat dari Peningkatan jaringan
- Retro orbital yang menciptakan eksoftalmus dan inviltrat limfosit dari otot ekstraokuler uyang dapat memperburuk atau memperbaiki kemandirian terapi dan perjalanan klinis penyakit.
12. Risiko injuri b.d double vision dan kelemahan Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami suatu injury dalam perawatan di rumah sakit maupun di rumah dengan kriteria hasil :
- Pasien tidak mengalami cedera. 1. Jauhkan dari benda-benda tajam
2. Berikan penerangan yang cukup
3. Usahakan lantai tidak licin dan basah
4. Pasang side rail
5. Anjurkan pada keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas. - Meminimalkan risiko cedera
- Meminimalkan terjadinya benturan
- Meminimalkan klien jatuh
- Menghindari klien terjatuh pada saat istirahat
- Untuk meningkatkan menjaga keamanan




D. EVALUASI
DX 1. Pasien menunjukkan perbaikan/ tidak ada gejala distress pernafasan.
TTV khususnya pernafasan dalam batas normal (16-20 x/menit)
DX 2. Suhu dalam batas normal (360-370)
Kulit tidak teraba panas
Kulit tidak tampak kemerahan
DX 3. Konsistensi feses lembek
BAB 1-2 x sehari
DX 4. Pasien menunjukkan BB yang stabil
Pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi
DX 5. Pasien menunjukkan istirahat tidur yang adekuat
Pasien melaporkan dapat istirahat yang cukup
DX 6. Tidak ada kelemahan berlebih
TTV dalam rentang normal
DX 7. Pasien melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Pasien mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya.
DX 8. Pasien menujukkan kearah penerimaan diri
Secara aktif berpartisipasi dalam program terapi
DX 9. Mengidentifikasi hubungan antara tanda dan gejala pada proses penyakit dan hubungan gejala dan factor penyebab.
Berpartisipasi dalam tindakan pengobatn
DX 10. Tanda vital stabil
Denyut nadi perifer normal
Status mental baik
DX 11. Membran mukosa mata lembab
Terbebas dari ulkus
DX 12. Pasien tidak mengalami cedera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar